Jumat, 15 Mei 2015



FISIOLOGI PENERBANGAN DAN PENGARUH GAYA GRAVITASI PADA TUBUH



FISIOLOGI PENERBANGAN
Fisiologi penerbangan merupakan ilmu pengetahuan tentang berbagai respons fisiologis tubuh dalam lingkungan penerbangan atau aviasi. Terbang akan menimbulkan sejumlah efek yang besar pada tubuh melalui gaya akselerasi dan gravitasi yang terjadi pada saat melakukan manuver dalam penerbangan. Pilot dan awak pesawat sudah terlatih untuk mengatasi akibat yang ditimbulkan oleh kedua gaya ini.

A.      Gaya Akselerasi
Akselerasi berarti perubahan pada kecepatan. Terbang lurus dalam posisi horizontal dan kecepatan yang konstan tidak banyak berpengaruh bagi tubuh. Akan tetapi, perubahan kecepatan akan membawa akibat fisiologis yang serius. Gaya akselerasi dalam penerbangan akan terjadi pada akselerasi linier, radial atau sentripetal dan angular.

B.       Gaya Gravitasi
Gaya gravitasi (G force) merupakan faktor utama yang menimbulkan gaya akselerasi. G force dan arah di mana tubuh menerima gaya tersebut menjadi penyebab terjadinya perubahan fisiologis dalam tubuh selama akselerasi.
G dianggap sebagai gaya atau kekuatan ‘tarikan’ gravitasi pada tubuh . Di permukaan bumi, kekuatan tarikan tersebut menjadi penyebab adanya berat badan. Gaya  gravitasi pada saat duduk, berdiri atau berbaring dianggap sama dengan berat badan dan disebut 1G. Satuan G akan meningkat pada akselerasi. Jika kita mengatakan bahwa satuan G meningkat menjadi 5G selama akselerasi, maka perkataan ini berarti kalau gaya gravitasi pada tubuh di saat itu sama dengan lima kali lipat berat badan.
Ketika naik pesawat udara, elevator atau mobil dan terjadi perubahan kecepatan atau arah yang mendadak, maka penumpangnya akan terlempar atau terputar pada arah yang berlawanan. Hal ini terjadi karena perubahan pada satuan G. Satuan G dapat meningkat atau menurun. Peningkatan satuan g dinamakan G positif dan penurunan satuan G dinamakan G negatif. G positif terjadi ketika kecepatan ditingkatkan (akselerasi). G negatif terjadi ketika kecepatan dikurangi ( diperlambat-deselerasi). Satuan G juga berubah jika terjadi perubahan arah.
Selama terbang, baik G positif maupun G negatif akan menimbulkan perubahan fisiologis dalam tubuh.

1.    Akibat Gaya Gravitasi Pada Tubuh
a)    Efek G Positif
Efek utama yang ditimbulkan oleh G positif selama akselerasi terlihat pada sirkulasi darah. Ketika satuan G meningkat menjadi sekitar 4 hingga 5G, darah akan dipaksa mengalir ke bagian bawah tubuh, termasuk abdomen. Jadi, curah jantung akan berkurang sehingga terjadi penurunan pasokan darah ke otak dan mata. Selanjutnya penurunan aliran darah akan mengurangi pasokan oksigen (hipoksia) ke kepala dan menimbulkan gangguan berikut ini :

Ø  Grayout
Grayout merupakan pengelihatan yang berubah menjadi abu-abu ketika aliran darah ke mata berkurang. Keadaan ini terjadi kerena retina lebih sensitif terhadap hhipoksia ketimbang otak. Meskipun gangguan fisik tidak terjadi, namun gejala grayout dianggap sebagai tanda peringatan akan penurunan aliran darah ke otak.

Ø  Blackout
Blackout merupakan kehilangan total pengelihatan yang terjadi ketika fungsi retina terkena hipoksia. Kesadaran dan aktivitas muskular masih terdapat. Akan tetapi, gejala blackout mengindikasikan risiko kehilangan kesadaran.

Ø  Kehilangan Kesadaran
Ketika gaya gravitasi meningkat melebihi 5G, hipoksia sudah mencapai tingkat kritis yang akan menimbulkan kehilangan kesadaran. Keadaan ini dapat disertai dengan konvulsi. Keadaan tidak sadarkan diri dapat berlangsung sekiatar 15 detik. Sesudah pulih dari keadaan tidak sadar, pasien masih memerlukan 10-15 menit lagi untuk pemulihan daya orientasinya. Jika pasien itu kebetulan seorang pilot yang terbang sendiri, maka dia akan kehilangan kontrol atas pesawatnya.

Ø  Fraktur Tulang
Ketika gaya gravitasi meningkat hingga sekitar 20G, tulang khususnya vertebrata akan menjadi rentan terhadap fraktur bahkan dalam postur tubuh duduk.

b)   Efek G Negatif
G negatif terjadi pada saat terbang ke bawah (terbang terbalik). Keadaan ini menimbulkan gangguan sebagai berikut :

Ø  Hiperemia
Ketika gaya gravitasi menurun hingga -4 sampai -6G, maka akan terjadi hiperemia dalam kepala (karena peningkatan abnormal aliran darah) lantaran darah didorong ke kepala. Kadang-kadang darah akan bertumpuk dalam kepala sehingga terjadi edema serebri.
Pada keadaan ini terdapat kongesti, flushing wajah dan sakit kepala yang ringan. G negatif pada tingkat ini masih dapat ditolerir dan efek yang ditimbulkannya hanya bersifat sementara. Otak juga dapat bertahan terhadap hiperemia pada keadaan semacam ini.
Kecenderungan aliran darah ke organ otak pada saat terjun bebas dengan posisi berdiri atau flat spin, menjadikan pembuluh darah otak mengalami vasodilasi untuk menampung peningkatan volume darah yang mengalir ke organ otak (hyperemia). Serta merta pula tekanan hidrostatis dalam pembuluh kapiler otak meningkat yang diikuti dengan perembesan cairan plasma ke jaringan otak di sekitar pembuluh darah kapiler otak. Dengan demikian terjadi edema otak dengan memberikan sensasi rasa berat atau penuh pada daerah kepala.
Pada individu tertentu, edema otak memunculkan gangguan psikosis berupa disorientasi dimana individu tidak menyadari fenomena atau gangguan kesehatan yang sedang menimpa dirinya. Selain itu, peningkatan aliran darah ke otak memicu kemoreseptor pada otak untuk meningkatkan aliran darah ke ginjal dengan maksud eksresi urine ditingkatkan untuk mengurangi volume cairan total tubuh yang sesungguhnya mengarah ke dehidrasi.
 Karena organ mata tidak terlindung oleh tulang kepala secara penuh, hyperemia dapat pula melanda bagian dalam mata. Akibatnya, rongga mata dan bola mata penuh dengan darah, sehingga menyebabkan mata tampak merah seperti pada penyakit konjungtivitis. Juga organ keseimbangan (vestibular) sehingga penerjun mengalami gangguan keseimbangan tubuh beberapa saat sebelum berhasil mencapai keseimbangan tubuhnya kembali.
Ø  Red-out dan Sakit Kepala
Red-out merupakan pengelihatan yang menjadi kabur (tidak jelas) dan warna merah yang timbulmendadak pada lapang pengelihatan sebagai akibat dari penggembungan pembuluh darah di dalam kepala. Ketika G negatif mencapai sekitar -15 hingga -20, maka akan terjadi dilatasi dan kongesti pembuluh darah dalam kepala dan mata sehingga timbul gejala red-out serta sakit kepala.
Pembuluh darah dalam otak mungkin tidak banyak terpengaruh karena adanya cairan serebrospinal. Ketika darah menumpuk dalam otak, pada saat yang sama akan terjadi pooling cairan serebrospinal dalam kranium. Dan tekanan tinggi yang ditimbulkan oleh cairan serebropinal ini bertindak sebagai bantalan (pendapar) dan melindungi pembuluh darah otak.

Ø  Kehilangan Kesadaran
Akan tetapi, G negatif akan mempengaruhi tubuh dengan cara lain. G negatif akan meningkatkan tekanan dalam pembuluh darah dada dan leher. Peningkatan tekanan ini menyebabkan bradikardia atau irama jantung yang tidak teratur sehingga menambah stagnasi darah di dalam kepala. Semua faktor ini pada akhirnya akan menimbulkan kehilangan kesadaran.

2.    Pencegahan Akibat Gaya G Pada Tubuh
Tubuh dapat dilindungi dari akibat atau efek yang ditimbulkan oleh gaya G khususnya G positif melalui metode berikut :

Ø  Dengan Menggunakan Ikat Pinggang
Penumpukan darah dalam pembuluh darah abdomen dapat dicegah dengan mengenakan ikat pinggang dan membungkukuan tubuh ketika duduk dalam pesawat. Prosedur ini akan menunda gejala grayout atau pun blackout.

Ø  Dengan Menggunakan Pakaian Anti-G
Pakaian anti-G memberikan tekanan positif pada ekstremitas bawah serta abdomen dan mencegah penumpukan darah di bagian bawah tubuh.

3.    Efek Medis Yang Disebabkan Oleh Gaya Gravitasi Pada Tubuh
Beberapa efek medis yang penting dari gravitasi adalah terbentuknya varises di tungkai, terbentuknya penyakit haemoroid (wasir), bertambah beratnya penyakit hernia, bengkak (odem) pada tumit dan tungkai bawah pada penderita gagal jantung dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya. Varises bukan sekedar masalah kosmetik karena dapat menimbulkan berbagai penyulit.
Vena permukaan yang melebar ditungkai terjadi akibat kegagalan katup satu arah di vena. Tekanan (gaya per satuan luas) di vena tungkai sekitar 90 mmHg akibat adanya kolom darah di atasnya. Kontraksi otot mendorong darah vena kembali ke jantung. Diberbagai titik disepanjang perjalanan vena terdapat katup-katup satu arah yang mencegah darah mengalir balik. Apabila katup mengalami gangguan dan akhirnya darah mengalir balik, darah akan menumpuk di vena dan vena akan mengalami pelebaran (varises).
Pada penderita gagal jantung (heart failure), jantung gagal memberikan tekanan guna mengalirkan darah secukupnya keseluruh tubuh dan kembali lagi ke jantung untuk memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh. Pada waktu berdiri maupun melakukan aktivitas aliran balik akan melawan gravitasi, khususnya pada waktu aliran darah dari vena di daerah kaki akan kembali menuju ke jantung. Dalam keadaan normal pompa jantung dan pompa otot (pada waktu kontraksi otot) mampu mengalirkan darah kembali ke jantung meskipun harus melawan gravitasi.
Pada penderita gagal jantung kanan atau kongestif, fungsi tersebut tidak bisa dijalankan secara sempurna atau bahkan gagal sama sekali. Keadaan inilah yang menyebabkan sebagian darah vena gagal kembali ke jantung dan menetap di daerah pergelangan kaki sehingga menyebabkan odem tumit dan tungkai bawah.
Wasir adalah varikositis akibat dilatasi vena pleksushaemoroidalis, mekanismenya mirip varises. Pada penderita penyakit haemoroid (wasir) biasanya disarankan untuk buang air besar secara teratur, makan makanan berserat dan dilarang jongkok atau duduk terlalu lama, atau mengangkat barang-barang yang berat. Tujuannya untuk mengurangi tekanan (gaya per satuan luas) pada vena pleksus haemoroidalis di daerah perianal.
Disamping itu keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat (kegemukan, kehamilan, konstipasi, tumor abdomen) akan memperberat penyakit. Tekanan yang kuat dan terus-menerusa akan menyebabkan dilatasi vena menjadi semakin parah dan permanen. Demikian juga pada kasus-kasus hernia, mengedan, mengangkat barang-barang berat, kenaikan tekanan intra abdominal sangat berpotensi memperberat penyakit. Gaya gravitasi pada kerangka tulang juga sedikit banyak bermanfaat bagi kesehatan tulang. Apabila seseorang kehilangan beratnya (seightless), seperti pada astronot yang mengorbit, ia akan kehilangan sebagian mineral tulang.
Hal ini dapat menjadi masalah serius pada perjalanan di luar angkasa yang lama. Tirah baring yang berkepanjangan juga serupa, yaitu bahwa sebagian gaya berat tubuh tidak bertumpu pada tulang sehingga dapat terjadi kehilangan mineral tulang yang serius. Di lain pihak pada manusia yang massa tubuh besar (berat), gaya gravitasi akan menjadi masalah. Massa tubuh yang besar akan menyebabkan gaya gesek pada daerah persendian meningkat dan ini akan berakibat munculnya penyakit artritis. 
Tekanan terbesar di tubuh, yang biasanya disebut dengan stres, terdapat di sendi-sendi penyangga berat tubuh. Apabila semua berat tubuh ditumpukan pada satu tungkai, tekanan pada lutut bisa mencapai 10 atm. Apabila luas permukaan sendi tidak terlalu besar, tekanan akan semakin besar. Untungnya sendi memiliki struktur sedemikian sehingga semakin tinggi tekanan, semakin baik pelumasannya. Pada kasus traumatologi (fraktur), gaya gravitasi dimanfaatkan untuk melakukan traksi.
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah. Tujuannya adalah mengurangi nyeri akibat spasme otot, memperbaiki dan mencegah deformitas, immobilisasi, difraksi penyakit dan mengencangkan pada perlekatannya. Di lain pihak gaya gravitasi (gaya berat, gaya gesek) bisa juga menjadikan faktor penyulit proses penyembuhan terutama padatahap fiksasi/imobilisasi. Misalnya fraktur pada daerah penyangga berat badan atau ektremitas bawah (femur, tibia, fibula, dsb). Sehingga penanganan fraktur tulang penyangga tubuh agak berbeda dengan penanganan fraktur tulang yang bukan penyangga tubuh.
Semua orang pernah melihat seorang anak memasukkan jempol ke dalam mulutnya. Tindakan ini merupakan bagian dari tumbuh kembang dan hampir semua anak melakukannya walaupun akhirnya kebiasaan ini akan terhenti. Mengisap jempol secara berlebihan dapat mengubah bentuk mulut karena tindakan ini dapat menyebabkan gigi-gigi depan bergeser. Biasanya dua gigi seri tengah terdorong keluar dan merenggang yang dapatmenyebabkan overbite (tongos). Untuk mengatasi kondisi tersebut biasanya dokter gigimembuat suatu penghubung mekanis ke gigi yang perlu digeser dan diberikan gaya melalui headgear  eksternal.
Metode lain, misalnya penambahan pita karet untuk menghasilkan tegangan diantara gigi agar gigi dapat digeser bersama-sama, tergantung kondisi awal gigi. Kadang-kadang sebuah gigi perlu digeser sedikit, hal ini sering dapat dilakukan dengan penggunaan kawat pegas yang sesuai. Ternyata gaya yang diperlukan sangat kecil, yaitu sekitar 1 N.








DAFTAR PUSTAKA

Schmidt, Fabian. 2013. Pengaruh Gravitasi Pada Tubuh. (online). (http://www.dw.de/pengaruh-gravitasi-pada-tubuh/a-16947767). (Diakses pada tanggal 07 Desember 2014).

Sembulingam, K dan Prema, Sembulingam. 2013. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi Ke Lima Jilid 2. Tanggerang Selatan : Binarupa Aksara.